“Ayah…, maafin P ya yah, P udah malu-maluin ayah sama semua orang. Tapi P berani sumpah kalau P gak pernah jual diri sama orang. Malam itu P Cuma mau nonton kibot (keyboard-red) di Langsa, terus P duduk di lapangan begadang sama kawan-kawan P.” “Sekarang P gak tau harus gimana lagi, biarlah P pigi cari hidup sendiri, P gak da gunanya lagi sekarang. Ayah jangan cariin P ya..!!, nanti P juga pulang jumpai ayah sama Aris. Biarlah P belajar hidup mandiri, P harap ayah gak akan benci sama P, Ayah sayang kan sama P..???, P sedih kali gak bisa jumpa Ayah, maafin P ayah… Kakak sayang sama Aris, maafin kakak ya.. (P sayang Ayah).” P, memilih mengakhiri hidupnya dengan seutas tali. Seperti dilansir Tribun News pada Selasa, 11 September 2012 lalu. Kemarin malam, saya sangat terkejut dengan bombardir berita di linimasa laman facebook. Penangkapan sejumlah laki-laki dan perempuan yang disangkakan menyalahgunakan narkotika, disertai foto-foto jelas, berikut nama dan alamatnya. Sung
Pengalaman buruk dan doktrin dari kiri-kanan membuat Biya terlalu pemilih dan cenderung menutup diri selama melakukan pelaksanaan kampanye. Tawaran pertemuan, permintaan menjadi tim, dan undangan kenduri sebagai bagian sosialisasi, semua diseleksi dengan sangat hati-hati oleh Biya. “Bek sampe i ba lee geunteut!” begitu Feri, sepupunya, menakut nakuti Biya selalu. Akhirnya Biya menggeneralisir; semua orang tyang mendekat erlihat menyerupai “genteuet”. — Biya menuliskan poin-poin pertemuan di papan tulis. Semua hal penting tidak luput dari catatannya. pengelolaa jadwal, tanggal, kegiatan apa yang akan dilakukan, kapan mulai dilakukan, kapan target selesai, siapa yang menjadi penanggung jawabnya, target, Biaya yang dibutuhkan. detil pengerjaannya bagaimana. Dekja, Mafia, Tgk Budi, dan Bang Nadir hadir memenuhi undangan rapat di rumah Biya. Mereka bergantian memberikan masukan. “Jadi na ta jok peng transport atau han? Setidak jih sayang syit aneuk miet yang ja